BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita bahwa bangsa yang maju, modern, makmur, dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktik pendidikan yang bermutu. Sementara itu, pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera, dan bermartabat.
Tujuan utama diterapkannya program sertifikasi guru, termasuk terhadap guru pendidikan jasmani, adalah meningkatkan kualitas guru sehingga kualitas pendidikan semakin meningkat. Faktor guru diyakini memegang peran yang sangat strategis dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru yang berkualitas berpengaruh besar terhadap efektivitas pembelajaran (Suherman, 2007; Rink,2002) dan pada gilirannya mempengaruhi prestasi anak didik (Siedentop & Tannehill, dalam Maksum ;2008)
Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga (dikjasor) yang merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diberikan di jenjang pendidikan sangat menarik dan sangat indah. Selain untuk mendidik, juga sekaligus mengasuh. Yang dibina ialah anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Tidak ada mata pelajaran lain yang tujuannya sedemikian majemuk, selengkap Dikjasor. Tujuan yang ingin dicapai bukan saja perkembangan aspek jasmani tetapi juga aspek spiritual, emosional, mental, intelektual, dan sosial.
Belum efektifnya pembelajaran Pendidikan Jasmani disekolah-sekolah merupakan masalah utama dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran (Mutohir dan Lutan, 1997).
Khusus mengenai guru, pada umumnya guru itu konservatif dan cenderung berpegang pada cara-cara lama yang telah dikuasainya dan menurut pengalamannya memberi hasil baik. Ia tidak mudah melepaskan yang lama yang sudah terbukti kebaikannya, sebelum ia yakin bahwa yang baru itu ternyata lebih baik lagi (Nasution, 1995).
Hal tersebut diatas yang menyebabkan guru tidak mau mempelajari dan mengembangkan pengetahuan pembelajaran, sehingga terpaku pada cara lama yang biasa dilaksanakan.
Tujuan pembelajaran ditekankan pada penguasaan keterampilan yang mengarah pada pencapaian tujuan prestasi yang mengabaikan pengembangan seluruh potensi anak baik fisik, mental, intelektual maupun sosial (Mahendra, 1997).
Disamping itu anak sering dianggap sebagai “orang dewasa kecil” yang mampu melakukan kegiatan layaknya orang dewasa. Guru mengajarkan olahraga baku kepada anak yang notabene belum mampu melakukan aktifitas sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa. Jadi dapat diramalkan bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas pembelajaran tergolong rendah (Mutohir,2000).
Di era seperti sekarang (setelah diberlakukannya sertifikasi) Guru hendaknya dapat keluar dari cara berpikir dan bekerja dalam format konvensional. Guru dikjasor harus berdiri dan bersikap profesional. Dapat merencanakan langkah dan tindakan strategis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, guru harus dapat menjadi fasilitator profesional.
Fenomena guru (baca : guru dikjasor) menggunakan cara-cara membelajarkan yang kurang efektif tersebut merupakan refleksi dari masalah yang substansial yaitu kurang berfungsinya Supervisor (pengawas dan kepala sekolah) dalam memberikan bantuan cara membelajarkan yang efektif kepada guru, sistem informasi dan pembinaan guru (penataran dan pelatihan) yang belum efektif karena selama ini hanya bersifat penyampaian informasi saja, termasuk kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) khususnya Pendidikan Jasmani dan Olahraga yang kurang berjalan efektif.
Pelaksanaan supervisi yang diharapkan dapat memperbaiki perilaku belajar dan membelajarkan siswa oleh guru, nampaknya hanya sekedar formalitas dan rutinitas yang dilakukan selama ini. Kalaupun ada, hanya terbatas pada pemeriksaan kelengkapan secara administrasi secara umum. Bila diambil kesimpulan, guru hanya dituntut membuat perangkat mengajar tanpa adanya tindak lanjut bagaimana menerapkan rencana dan kendala pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru.
Sarana dan prasarana olahraga juga merupakan faktor penting dalam suksesnya pembelajaran dikjasor, minimnya sarana dan prasarana olahraga yang ada di sekolah-sekolah menuntut guru untuk lebih efektif dalam pembelajaran. Guru harus dapat melakukan kegiatan dengan sarana dan prasarana olahraga yang ada, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dengan pendekatan modifikasi.
Kurangnya sarana yang ada bukan berarti pelaksanaan pembelajaran tidak dapat berjalan, ada banyak alat-alat sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan olahraga, seperti bola plastik, bola kasti, bola tenis dan lain-lain.
Suatu realita sehari-hari di dalam pembelajaran berlangsung, masih banyak guru belum memberdayakan seluruh potensinya dalam mengelola pembelajaran baik dalam menguasai materi maupun dalam menggunakan media pembelajaran. Dalam pembelajarannya, kebanyakan guru tidak menggunakan media atau alat bantu.
Hal ini tidak berarti bahwa, jika sarana dan prasarana penunjang yang ideal sama sekali tidak ada atau hanya tersedia sebagian saja lalu pembelajaran tidak dapat dilaksanakan. Untuk ini kreatifitas guru sangatlah diperlukan dengan mencoba berkreasi dan memodifikasi sumber-sumber yang ada serta mudah didapat di lingkungan sekolah itu.
Sudah menjadi rahasia umum apabila seorang guru Dikjasor agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik, disekolah “harus” tersedia fasilitas sarana dan prasarana yang bagus dan lengkap. Dengan dalih klasik, “bagaimana pembelajaran dapat berjalan baik, kalau alat yang tersedia tidak mencukupi dan kualitasnya tidak standar”. Seolah tidak ada pemecahan masalah dalam mengatasi proses pembelajaran.
Hal tersebut diatas tidak sesuai dengan tuntutan dari UU RI No: 20/tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 2a: “Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis”.
KBK memudahkan guru dalam menyajikan pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal yaitu belajar mengetahui, belajar menjadi diri sendiri dan belajar hidup dalam kebersamaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, terungkap masalah–masalah faktual dilapangan yang muncul sebagai berikut :
1. Bagaimana peran supervisor (pengawas dan kepala sekolah) dalam melakukan fungsi supervisi yang
dilakukan untuk memberi bantuan kepada guru ?
2. Instrument yang digunakan oleh supervisor dalam menentukan keberhasilan mengajar guru pendidikan
jasmani dan olahraga sama dengan guru mata pelajaran lain (guru kelas).
3. Strategi dan tolok ukur apa yang digunakan oleh Guru dengan sarana prasarana yang terbatas, agar
pembelajaran dapat berjalan efektif ?
C. Tujuan Pengembangan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memberikan alternatif instrumen supervisi sebagai alat bantu dalam mengobservasi perilaku belajar
siswa dan membelajarkan siswa bagi guru.
2. Meningkatkan keterampilan guru dalam membelajarkan siswa, yang berkembang berkelanjutan,
sehingga berdampak pada pengembangan perilaku siswa.
3. Pengembangan kreatifitas guru dalam mencari alternatif pemecahan masalah sarana prasarana sekolah.
4. Pengembangan wawasan guru dengan memperhatikan kepentingan siswa, sehingga siswa merasa senang mengikuti mata pelajaran dikjasor yang disajikan oleh guru.
D. Spesifikasi Produk
Oleh karena penelitian ini ingin mengungkap pelaksanaan supervisi yang telah dilakukan oleh supervisor, maka peneliti mencoba memberi alternatif pemecahan masalah dengan memberikan alternatif instrumen supervisi.
Hal ini dimaksudkan untuk melihat efektifitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru, agar tolok ukur yang digunakan oleh supervisor dalam kepengawasan dapat berjalan efektif.
Maka peneliti menggunakan Alat Bantu Observasi Perilaku Membelajarkan Siswa (ABOPMS) dan Alat Bantu Observasi Perilaku Belajar Siswa (ABOPBS) yang secara spesifik akan dijelaskan berikut ini :
Nama Instrumen :
1. Alat Bantu Observasi Perilaku Membelajarkan Siswa (ABOPMS)
Penggunaan :
ABOPMS digunakan untuk merekam perilaku guru/ Peneliti. Selama guru membelajarkan siswa, pengamat merekan dua jenis masukan/ umpan balik sebagai tanggapan guru terhadap perilaku siswa pada saat mengikuti pelajaran Pendidikan jasmani, yaitu: 1) umpan balik keterampilan gerak siswa, dan 2) umpan balik perilaku belajar siswa. Dengan kedua umpan balik tersebut, guru berinteraksi terhadap siswa dengan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal, yang mencerminkan berlangsungnya komunikasi dua arah.
Tanggapan guru terhadap proses belajar siswa terdiri dari dua macam umpan balik/ interaksi, yaitu: (1) umpan balik keterampilan gerak, dan (2) umpan balik perilaku belajar siswa. Umpan balik keterampilan gerak berkaitan dengan keterampilan gerak yang dipelajari siswa, sedangkan umpan balik perilaku siswa pada saat belajar gerak. Kedua umpan balik tersebut dibedakan dalam tiga pesan yang disampaikan oleh guru, yaitu: (1) umpan balik/ interaksi positif, (2) umpan balik/ interaksi korektif, dan(3) umpan balik/ interaksi negatif. Ketiga umpan balik/ interaksi tersebut dibedakan lagi menurut jenisnya, menjadi dua jenis umpan balik/ interaksi, yaitu: (1) umpan balik/ interaksi umum, dan (2) umpan balik/ interaksi khusus, misalnya:
Umpan balik/ interaksi terhadap keterampilan siswa:
(1) Positif umum verbal, misalnya: “Bagus, itu gerakan yang benar untuk memasuki finish”.
(2) Positif khusus verbal, misalnya: “Coba dilihat …ini merupakan contoh melakukan start jongkok yang benar”.
(3) Korektif khusus verbal, contoh: “Saat menumpu gunakan kaki yang kuat”.
(4) Negatif khusus verbal, contoh: “Gaya melompatmu seperti kodok bertelur”
Umpan balik/ interaksi terhadap Perilaku Belajar Siswa:
(1) Positif umum verbal, misalnya: “Terima Kasih”
(2) Korektif khusus verbal, misalnya: “Jangan duduki bola”
(3) Negatif khusus verbal, misalnya: “Di.., kamu kok seperti sopir bemo saja mau menang sendiri”
(4) Negatif umum verbal, misalnya: Guru memberi isyarat dengan mengacungkan jempol yang menghadap kebawah”
2. Alat Bantu Observasi Perilaku Belajar Siswa (ABOPBS).
Penggunaan :
ABOPBS digunakan untuk merekam perilaku belajar siswa. Selama proses pembelajaran, pengamat meliput dan merekam perilaku belajar siswa dengan menggunakan enam butir tolok ukur, yaitu:
1) Keterampilan guru memotivasi melalui interaksi, sehingga siswa berlatih dengan giat dan gembira, yang
diberi kode “G” (Giat).
2) Keterampilan guru menyampaikan informasi, meragakan pesan dan memberi contoh dalam waktu yang
singkat dan jelas, sehingga siswa dengan cepat tanggap dan segera melaksanakan tugas pelatihan
gerak, yang diberi kode “I” (Informasi).
3) Keterampilan guru mengelola peralihan pelajaran, sehingga alokasi waktu pelatihan gerak dimanfaatkan
secara optimal, yang diberi kode ”A” (Alih).
4) Keterampilan guru merencanakan dan menyiapkan pelatihan dengan memanfaatkan alokasi waktu
pelatihan gerak seoptimal mungkin, sehingga siswa tidak perlu menunggu dalam melaksanakan tugas
pelatihan gerak, yang diberi kode “T” (Tunggu).
5) Keterampilan guru mengelola penyajian pelajaran dengan memperhatikan relevansi dan manfaat
pelatihan gerak bagi siswa, ruang gerak yang tersedia, posisi guru dalam memantau siswa, keselamatan
siswa, dan kemudahan siswa dalam mengikuti pelatihan gerak, yang diberi kode “K” (Kelola).
6) Keterampilan guru memantau dan mengawasi proses pelatihan gerak, sehingga tidak memberi
kesempatan bagi siswa untuk membebaskan diri dari tugas pelatihan, yang diberi kode “B” (Bebas).
Untuk melihat proses kegiatan belajar siswa pengamat cukup memilih salah satu dari siswa yang sekiranya dapat mengungkap perilaku belajarnya. Untuk itu sebagai kunci perilaku kegiatan belajar yang diamati selama pembelajaran diberi kode sebagai berikut :
G
|
(Giat)
|
:
|
waktu yang digunakan untuk mengikuti
kegiatan secara aktif baik dalam gerak atau tanggapan
|
I
|
(Informasi)
|
:
|
waktu yang digunakan untuk menerima
Informasi, penjelasan, keterangan, demonstrasi, contoh yang diberikan oleh
guru.
|
A
|
(Alih)
|
:
|
waktu yang digunakan untuk
peralihan/ pergantian dari satu kegiatan pindah/ ganti ke kegiatan yang lain
– dari pembelajaran kelas ke pembelajaran penjas, atau dari pembelajaran
dribel beralih ke shooting, dll.
|
T
|
(Tunggu)
|
:
|
waktu yang digunakan untuk menunggu
kegiatan berikutnya – menunggu giliran melempar, menunggu giliran roll depan,
dll.
|
K
|
(Kelola)
|
:
|
waktu yang digunakan guru/ siswa
dalam mempersiapkan alat, perkakas, mencatat kehadiran siswa.
|
B
|
(Bebas)
|
:
|
keadaan siswa tidak mengikuti
kegiatan belajar dengan tanpa sebab alasan yang jelas.
|
Dari data yang terkumpul dapat dianalisis jenis kegiatan belajar dan waktu yang digunakan. Yang kemudian dibuat persentasi dari masing-masing kegiatan.
E. Pentingnya Pengembangan
Agar pelaksanaan pembelajaran dikjasor yang dilakukan dapat berjalan efektif, maka perlu instrumen yang digunakan oleh suprvisor dalam kegiatan supervisi. Dikjasor merupakan mata pelajaran yang unik karena tidak seperti mata pelajaran lain, tetapi perkembangan aspek jasmani, aspek spiritual, emosional, mental, intelektual, dan sosial siswa.
Pelaksanaan supervisi selama ini dilakukan seperti mata pelajaran lain secara umum, kurang menyentuh dari dikjasor itu sendiri. Terlebih lagi, selama ini pelaksana supervisi kurang memahami konsep dikjasor.
F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Penelitian ini tidak menyoal sertifikasi, tetapi berusaha mengungkap kompetensi riil guru dikjasor di sekolah pasca sertifikasi. Termasuk penerapan keilmuan setelah mengikuti penyegaran dalam Pendidikan dan Latihan Profesional Guru (PLPG). Yang didalamnya termasuk bagaimana mengelola sarana prasarana yang terbatas di sekolah, juga pelaksanaan supervisi dalam pembelajaran.
Alat Bantu Observasi Perilaku Belajar dan Membelajarkan Siswa dalam Kegiatan Supervisi Guru ini tidak menghilangkan instrumen yang ada, tetapi sebagai alternatif sebagai tolok ukur keberhasilan guru dikjasor.
Mengingat berbagai keterbatasan yang dihadapi dalam rangka penyusunan tesis, Peneliti membatasi dan memusatkan penelitian pada memberikan alternatif instrumen supervisi guru dikjasor dalam perilaku belajar dan membelajarkan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
G. Definisi Istilah
1. Guru
Guru yang dimaksud dalam hal ini adalah Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan pada jenjang pendidikan dasar.
2. Supervisor
Yang dimaksud dengan supervisor adalah petugas supervisi di sekolah, biasanya terdiri dari :
a. Kepala Sekolah
b. Para pengawas dari Kantor Dinas Pendidikan.
c. Para koordinator bidang studi atau para guru bidang studi yang sudah senior, dalam arti penguasaan ilmu dan metode mengajar. (Pidarta M, 1995:52)
3. Pendidikan jasmani
Pendidikan Jasmani adalah bagian yang terpadu dengan proses pendidikan seutuhnya, yang mempunyai tujuan dan sasaran untuk mengembangkan kinerja manusia melalui medium gerak/aktivitas jasmani yang dipilih dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan.
H. Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Pentingnya Penelitian
E. Spesifikasi Produk
F. Definisi Istilah
G. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pendidikan Jasmani dan Olahraga
B. Tujuan Pendidikan Jasmani
C. Pembelajaran Humanis
D. Strategi Membelajarkan Siswa
E. Evaluasi
BAB III METODE PENGEMBANGAN
A. Model Pengembangan
B. Prosedur Pengembangan
C. Uji Coba Produk
1. Desain Uji Coba
2. Subyek Uji Coba
3. Jenis Data
4. Instrumen Pengumpulan Data
5. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN
A. Penyajian Data Uji Coba
B. Analisis Data
C. Revisi Produk
BAB V KAJIAN DAN SASARAN
A. Kajian Produk yang Telah Direvisi
B. Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut
Bagian Akhir
Daftar Rujukan
Pernyataan Keaslian Tulisan
Lampiran-lampiran
Riwayat Hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar