Minggu, 31 Maret 2013

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENEMBAK DALAM PERMAINAN BOLA BASKET MELALUI LATIHAN IMAJINER DAN LATIHAN NYATA PADA SISWA KELAS 9 SMP NEGERI 3 LAWANG

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam permainan bola basket terdapat berbagai macam teknik yang harus kita kuasai, diantaranya adalah: menggiring/drible, mengumpan/ passing, gerak tipu/fake, menembak/ shooting, mengambil bola/rebound. Agar bisa mencapai teknik-teknik diatas secara optimal maka diperlukan latihan-latihan secara kontinyu (rutin).
Dalam proses pembelajaran, seorang guru biasanya lebih menitik beratkan pada pelaksanaan pembelajaran yang nyata nampak dalam peragaan fisik, yaitu secara langsung mempelajari kegiatan yang dimaksud melalui kegiatan praktek berulang-ulang. Tekanannya adalah pada pembiasaan fisik.
Dewasa ini, mulai dikenal konsep latihan imajiner atau mental practice. Dilingkugan atlit-atlit berketerampilan tinggi, latihan imajiner ini semakin popular. Hingga batas tertentu, hasilnya menunjukkan efek positif terhadap kemajuan belajar. Meskipun cukup meluas penggunaannya, tapi masalah latihan imajiner masih jarang digunakan oleh rekan-rekan guru Pendidikan jasmani apalagi diteliti.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa penyebab siswa Kelas 9 kurang baik dalam melakukan tembakan pada permainan bola basket?
2. Apakah dengan latihan imajiner dan latihan nyata dapat meningkatan kemampuan menembak siswa
    Kelas 9 dalam permainan bola basket?
3. Seberapa besar peningkatan kemampuan menembak Siswa Kelas 9-A dalam permainan bola basket?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk meningkatkan teknik menembak /shooting.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menembak /shooting dalam permainan bola basket melalui
        latihan imajiner dan latihan nyata.
3. Untuk mengetahui besarnya peningkatan  kemampuan menembak /shooting dalam permainan bola
        basket melalui latihan imajiner dan latihan nyata.

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan diatas maka penelitian ini diharapkan bermanfaat
1.   Bagi peneliti :
        a. Sebagai bahan kajian dan pengalaman baru dalam proses pembelajaran menembak (Shooting)
                dalam permainan bola basket melalui latihan imajiner dan latihan nyata.
         b. Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan proses pembelajaran pada pokok bahasan yang
        lainnya.
c. Sebagai variasi proses pembelajaran Pendidikan Jasmani.
2. Bagi siswa :
a. Untuk memberikan pengalaman belajar menembak/shooting dengan benar melalui latihan imajiner dan
        latihan nyata.
b. Untuk memberikan motivasi dan percaya diri dalam belajar menembak/shooting melalui latihan imajiner
        dan latihan nyata.
c. Untuk meningkatkan kemampuan menembak/shooting melalui latihan imajiner dan latihan nyata.
3. Bagi sekolah :
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka peningkatan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani
b. Sebagai bahan masukan dalam rangka pencapaian prestasi olahraga pada umumnya dan olahraga bola basket pada khususnya.

E. KAJIAN PUSTAKA
1. Latihan Imajiner
Mengapa latihan imajiner perlu dilakukan dan apa keuntungannya? Menurut Lutan R., (1988:328) mengatakan bahwa ada beberapa alasan utama yang membuat latihan imajiner patut diperhatikan atau dilakukan sebagai pelengkap bagi latihan tradisional atau nyata. Alasan tersebut adalah:
1. Latihan imajiner bermanfaat untuk merangsang perkembangan penguasaan keterampilan dalam tempo yang lebih cepat, dan bahkan mungkin dengan tingkat retensi yang lebih besar.
2. Konseptualisasi keterampilan motorik yang akan dipelajari secara tidak langsung mengasah kemampuan kognitif atau kemampuan seseorang untuk berfikir. Ini berarti, belajar motorik itu tidak berlangsung secara otomatis.
3. Dalam keadaan kelas terlampau padat, atau fasilitas kurang, maka latihan imajiner dapat dipakai sebagai pelengkap latihan nyata. Sambil menunggu giliran latihan nyata, para siswa dapat melakukan latihan imajiner.
Proses pembelajaran yang digunakan oleh rekan-rekan guru Pendidikan jasmani selama ini adalah mayoritas hanya pemberian latihan nyata artinya siswa diperintah untuk melakukan tugas-tugas (praktek) yang diberikan oleh guru. Terkadang tugas itu bisa membosankan siswa yang pada akhirnya tujuan yang diinginkan kurang tercapai secara maksimal.
Salah satu solusi atau variasi dalam proses pembelajaran Pendidikan jasmani adalah pemberian latihan imajiner yang dikombinasikan dengan latihan nyata. Hal ini akan dapat membuat suasana baru sehingga memancing keingintahuan siswa sehingga siswa akan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pelaksanaan latihan imajiner bukan berarti sepenuhnya mengganti latihan nyata. Kedua-duanya dapat digabung untuk saling memperkuat dan mendukung.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Perry (1939) dalam Lutan, R. (1988:329) yang mengatakan bahwa:
Efektivitas latihan imajiner dan latihan nyata (melalui peragaan fisik) rupanya ada kaitannya dengan tipe tugas yang dipelajari. Studi tentang latihan imajiner telah dilakukan baik yang berkenaan dengan tipe tugas yang dianggap baru atau tak lazim dikerjakan orang maupun keterampilan umum yang sering dilakukan dalam pembelajaran jasmani.

2. Teknik Melaksanakan Latihan Imajiner.
Persoalan yang paling penting tidak hanya masalah konsep dan bukti-bukti ilmiah tentang pengaruh latihan imajiner terhadap penampilan gerak siswa, namun bagaimana cara pelaksanaan latihan imajiner itu sendiri. Menurut Clark (1960) dalam Lutan, R. (1988:332) mengemukakan bahwa tekanan utama adalah ada pada penyampaian pengertian tentang keterampilan sebelum latihan imajiner dilakukan.
Fokus kegiatannya ialah, siswa diberikan pengertian yang jelas tentang bagaimana cara dan pola gerak yang akan dilakukan, setelah siswa memahami teknik yang benar memberi contoh pola gerak yang harus dilakukan oleh siswa. Hal ini sangat penting karena pemahaman merupakan faktor yang paling penting (esensial) dalam latihan keterampilan.

3. Menembak (Shooting)
Menembak atau shooting adalah keahlian yang sangat penting. Teknik dasar seperti passing, dribbling, fake, dan rebound  mengantar pemain memperoleh peluang besar mencetak angka, tetapi tetap saja pemain harus mampu melakukan tembakan dengan akurat. Sebetulnya, menembak dapat menutupi kelemahan teknik dasar lainnya.
Disamping permainan fisik, bola basket juga merupakan permainan mental. Meningkatkan ketahanan mental adalah kunci untuk meningkatkan prestasi pada semua lini keahlian dasar, termasuk menembak. Hubungan langsung antara percaya diri dalam menembak dan keberhasilan dalam menembak adalah factor yang paling konsisten yang kita kenal pada penembak-penembak handal.
Keberhasilan menembak berasal dari integrasi mental dan aspek mekanisme menembak. Bila kita berfikir, seakan kita berbicara pada diri sendiri. Percakapan yang bersifat positif (positive self-talk) dapat membantu kita mengintegrasi aspek mental dan mekanisme menembak, mempercepat peningkatan tembakan kita. Positive self-talk menggunakan kunci keberhasilan untuk meningkatkan prestasi.
Kata-kata kunci tersebut harus bersifat positif, singkat, dan memiliki personalitas.kata yang bersifat positif yang kita asosiasikan dengan tembakan yang berhasil disebut kata “anchor” atau pautan. Misalnya kata Yes! Masuk! OK!. Sedangkan kata kunci bagi mekanisme yang benar dari tembakan kita disebut kata “pemicu”. Misalnya kata legs atau up, hands, sight, finger atau touch, through.
Ada beberapa macam teknik menembak dalam permainan bola basket, yaitu:
1. One – Hand Set Shot (Tembakan satu tangan)
2. Free Throw (Tembakan bebas/hukuman)
3. Jump Shot (Tembakan dengan melompat)
4. Three – Point Shot (Tembakan tiga angka)
5. Hook Shot (Tembakan Mengait)
6. Lay Up dan Runner (Layup yang diperpanjang)
Dari 6 macam teknik menembak tersebut diatas kami memfokuskan pada dua macam teknik saja yaitu: One – Hand Set Shot (Tembakan satu tangan) dan Free Throw (Tembakan hukuman).
Semua tembakan tersebut mempunyai mekanika/teknik dasar. Mekanika dasar tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pandangan (Sight)
Pusatkan pandangan pada ring, tujukan hanya pada sisi muka lingkaran untuk semua jenis tembakan kecuali tembakan pantulan (Bank Shot). Pandang sasaran, mata terfokus pada ring hingga bola mencapai sasaran.
2) Keseimbangan (Balance)
Berada  dalam keseimbangan memberikan tenaga dan kontrol irama tembakan. Posisi kaki adalah dasar keseimbangan, dan manjaga kepala segaris dengan kaki sebagai kontrol keseimbangan. Rentangkan kaki selebar bahu dan arahkan jari kaki ke depan (kaki kanan untuk tembakan tangan kanan). Jari kaki yang di belakang harus sejajar dengan tumit dari kaki yang menembak. Tekuk kaki. Ini akan memberikan tenaga untuk menembak. Kepala harus segaris dengan pinggang dan kaki. Kepala mengontrol kaki dan sedikit lebih maju membuat garis menanjak antara bahu dan tubuh bagian atas dengan ring. Bahu harus rileks.
3) Posisi Tangan
Tempatkan tangan tepat di belakang bola. Tempatkan tangan yang tidak menembak di samping bola sebagai penjaga keseimbangan bola. Letakkan tangan cukup rapat dengan bola dan rileks, jari-jari terentang secukupnya. Posisi tangan yang rileks akan menjadikan arah bola alami, bola berada pada jari, bukan pada telapak tangan, bola dilepaskan dari jari telunjuk dan jari tengah.
4) Pensejajaran Siku Dalam
Pegang bola di depan dan di atas bahu untuk menembak, antara telinga dan bahu. Pertahankan siku tetap didalam. Bola sejajar dengan basket/ring.
5) Irama Menembak
Menembak adalah sinkronisasi antara kaki, pinggang, bahu, siku tembak, kelenturan pergelangan dan jari tangan. Tembakkan bola dengan halus, bersama dengan gerakan mengangkat yang ritmis. Kekuatan inti dan ritme tembakan berasal dari gerakan naik turun kaki. Awali dengan lutut sedikit lentur. Arahkan lengan, pergelangan tangan dan jari harus lurus dengan ring dengan sudut kemiringn antara 45 derajat sampai 60 derajat, rentangkan lengan selurusnya sampai siku.lepaskan bola dari jari telunjuk dan tengah dengan sentuan ujung jari yang lembut untuk membuat putaran sisi belakang bola dan memperhalus tembakan. Pertahankan tangan keseimbangan pada bola sampai titik pelepasan.
6) Gerak Lanjut (Follow Through)
Setelah melepas bola dari jari telunjuk dan tengah, pertahankan lengan untuk tetap di atas dan terentang sepenuhnya dengan jari telunjuk dan tengah menunjuk lurus pada ring/basket. Telapak tangan menghadap ke bawah. Pertahankan pandangan pada sasaran dan lengan tetap di atas pada posisi penyelesaian follow through sampai bola menyentuh ring. (Wissel, H., 1996:46)
Dalam proses pembelajaran menembak, guru sering dihadapkan pada masalah ketidakberhasilan siswa dalam menjalankan tugas menembak. Untuk itu guru harus mengetahui sebab-sebab kegagalan siswa dan mampu untuk mengoreksinya.

F. METODE PENELITIAN

1. Setting Penelitian
Dalam penelitian ini Peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu di SMP Negeri 3 Lawang Kelas 9-A semester ganjil Tahun pelajaran 2010– 2011.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada jam pelaksanaan pelajaran berlangsung. Diperkirakan mulai bulan Nopember sampai dengan Desember 2010. Setiap pertemuan waktu yang tersedia 2 x 45 menit pada jam mengajar dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).


3. Karakteristik siswa
Dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Jasmani siswa SMP Negeri 3 Lawang, sangat antusias sekali meskipun ada beberapa yang melakukannya dengan asal asalan.

4. Karakteristik Sekolah
Sekolah SMP Negeri 3 Lawang terletak dibagian utara Kabupaten Malang kurang lebih 8 km dari Kota Malang, berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan. Sekolah dengan luas tanah 2.672 m2 sangat berpotensi menjadi sekolah unggulan di daerah Lawang. Terbukti dengan predikat Sekolah Standar Nasional (SSN) yang memasuki tahun keempat, memiliki fasilitas yang cukup untuk menggali potensi siswa secara optimal.

5. Rancangan Tindakan
Rancangan tindakan ini terdiri dari dua tahap yaitu:
1) Tahap Persiapan
a) Menyiapkan kelengkapan untuk penelitian
b) Menyiapkan lapangan beserta kelengkapannya
c) Menyiapkan daftar hadir peserta
d) Menyiapkan format penilaian
e) Menyiapkan audio video
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Siklus 1 terdapat 3 tindakan, sedangkan pada siklus 2 terdapat 2 tindakan. Dalam setiap siklus beberapa tahapan secara yaitu:
a) Perencanaan
b) Implementasi Tindakan
c) Observasi dan Interpretasi
d) Analisis dan Refleksi

Sebelum masuk ke siklus terlebih dahulu siswa di tes tembakan hukuman (free throw) sebanyak 10x dan dicatat berapa kali siswa berhasil memasukkan bola kedalam keranjang.
Siklus I dimulai pada bulan Nopember 2010, dan terdiri dari 3 tindakan yaitu:
1. Siswa diberi buku petunjuk tentang teknik menembak yang benar agar dipelajari dengan seksama, kemudian diterangkan/ demonstrasikan dan yang terakhir kita ajak melihat VCD tentang cara shooting.
2. Meminta siswa untuk memejamkan mata sambil berkonsentrasi dan mengingat teknik menembak dengan benar setelah itu siswa diajak mempraktekkan dari jarak  1,5m untuk Putri, 2m untuk Putra dari keranjang/ring. Hal ini dilakukan sebanyak 2 set, masing-masing set terdiri dari 2x latihan imajiner secara bersama-sama, 10x latihan nyata (latihan menembak).
3. Middle tes:

Siklus II dimulai pada bulan Desember 2010, terdiri dari 3 tindakan yaitu:
1. Meminta siswa untuk memejamkan mata sambil berkonsentrasi dan mengingat kembali teknik menembak dengan benar setelah itu siswa diajak mempraktekkan dari jarak ± 2,5m untuk Putri, 3m untuk Putra dari keranjang/ring. Hal ini dilakukan sebanyak 3 set, masing-masing set terdiri dari 3x latihan imajiner secara bersama-sama, 12x latihan nyata (latihan menembak).
2. Meminta siswa untuk memejamkan mata sambil berkonsentrasi dan mengingat teknik menembak dengan benar setelah itu siswa diajak mempraktekkan dari garis tembakan bebas (free throw). Hal ini dilakukan sebanyak 3 set, masing-masing set terdiri dari 3x latihan imajiner secara bersama-sama, 15x latihan nyata (latihan menembak).
3. Post tes.

6. Pembuatan Instrumen
1. Silabus
2. Rencana Pembelajaran
3. Skala Penilaian
4. Tes

Sabtu, 30 Maret 2013

PELATIHAN PLIOMETRIK ROPEJUMP, ZIGZAG DRILL DAN JUMPBOX SEDERHANA UNTUK PEMBENTUKAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI SISWA SMP SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN DIKJASOR


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (dikjasor) guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan / olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pembelajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Melalui dikjasor diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Dikjasor merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis  yang seimbang.
Sesuai dengan karakteristik siswa SMP, usia 12 – 16 tahun kebanyakan dari mereka cenderung masih suka bermain. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis.
Pada materi permainan bola besar, dalam hal ini bola voli, merupakan salah satu yang terdapat pada kompetensi dasar (KD) permainan dan olahraga bola besar beregu. Pada kenyataannya banyak siswa belum bisa menguasai teknik bermain bola voli dengan baik. Salah satunya adalah teknik passing bawah. Pengalaman dilapangan menunjukkan bahwa, hampir 90% siswa kelas VII tidak menguasai dengan baik. Karena metode pembelajaran dan pelatihan yang diberikan pada jenjang sebelumnya kurang menarik, bahkan cenderung trauma karena dibayangi rasa takut, sakit saat melakukan pasing bawah dengan bola.
Wuest dan Bucher (1995), memberikan acuan strategi membelajarkan pendidikan jasmani sebagai berikut:
“ …..mengusahakan agar pendidikan jasmani merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa, diterima sebagai bagian yang terpadu dari pendidikan, dan secara umum memberi sumbangan terhadap perkembangan siswa, remaja, dan pemuda dalam mewujudkan tujuan pendidikan.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, strategi yang harus dilakukan oleh guru dikjasor dalam membelajarkan seyogyanya bertautan dengan tiga kata kunci yaitu : 1. Menyenangkan, 2. Diterima sebagai bagian yang terpadu dari pendidikan, dan 3. Memberi sumbangan terhadap terwujudnya tujuan pendidikan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka guru dikjasor harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi maupun modifikasi dalam pembelajaran.
Oleh karena itu sebelum proses pembelajaran berlangsung, sudah barang tentu seorang guru terlebih dahulu harus mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini adalah langkah penting dalam belajar. Tanpa persiapan, pembelajaran akan lambat dan bahkan bisa terhenti sama sekali. Namun, karena terlalu bernafsu untuk “menyelesaikan materi”, guru sering kali mengabaikan tahap persiapan ini sehingga mengganggu proses pembelajaran yang baik.
Persiapan pembelajaran itu ibarat mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika kita melakukannya dengan benar, niscaya kita akan menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat. Pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran di lapangan, yang perlu ditumbuhkan adalah adanya interaksi antar personal (siswa – guru, siswa – siswa) sehingga proses pembelajaran tidak hanya berlangsung pada seorang individual, tetapi juga pada sekelompok siswa melalui dinamika kelompok.
Begitu juga dengan yang ada dan terjadi saat ini, guru dalam melakukan evaluasinya cenderung hanya menilai  hasilnya saja, misalnya berapa jauh siswa dapat melompat, berapa detik siswa berhasil memasuki garis finish dalam lari 100 m dan sebagainya, yang semuanya itu cenderung mengukur hasil belajar siswa. Guru disamping menilai hasil, hendaknya juga menilai proses yang terjadi selama siswa mengikuti pembelajaran dan juga interaksi sosialnya yaitu hubungan antar siswa dengan siswa, guru dengan siswa, yang cenderung mengukur proses pembelajaran individu yang terlibat (perilaku siswa), yang cenderung bersifat manusiawi. Oleh karena itu, sudah semestinya evaluasi terhadap proses dan hasil dilakukan secara simultan dan hendaknya juga melibatkan siswa.
Disamping itu, fenomena yang sering terjadi pada pembelajaran dikjasor selama ini adalah, anak sering dianggap sebagai “orang dewasa kecil” yang mampu melakukan kegiatan layaknya orang dewasa. Guru mengajarkan olahraga baku kepada anak yang notabene belum mampu melakukan aktifitas sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa. Jadi dapat diramalkan bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas pembelajaran tergolong rendah (Mutohir,2000).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka guru harus mempersiapkan kondisi fisik siswa agar mendapatkan pengalaman belajar. Tentunya melalui metoda-metoda pelatihan dengan strategi belajar sambil bermain. Kondisi fisik yang prima berarti telah memiliki komponen kesegaran jasmani yang baik. Menurut Sajoto (1995), komponen kesegaran jasmani yang merupakan komponen konsisi fisik antara lain :
1. Kekuatan (strength)
2. Daya tahan (endurance)
3. Daya ledak (explosive power)
4. Kecepatan (speed)
5. Kelentukan (flexibility)
6. Keseimbangan (balance)
7. Koordinasi (coordination)
8. Kelincahan (agility)
9. Ketepatan (accuracy)
10. Reaksi (reaction).

Oleh sebab itu, dalam membelajarkan siswa, guru perlu memberikan semangat atau dorongan agar anak tumbuh motivasinya dalam mengikuti pembelajaran dikjasor. Untuk itu perlu kiranya guru memilih prosedur pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi internal siswa, baik untuk menilai keberhasilan jangka pendek maupun jangka panjang.
Pembelajaran dapat dilakukan dengan optimal apabila siswa memiliki kondisi fisik yang prima dan salah satunya yang menunjang adalah daya ledak. Daya ledak yang dimaksud disini adalah daya ledak otot tungkai bawah (ekstrimitas inferior), karena dalam mengikuti pembelajaran dikjasor mayoritas menggunakan anggota tubuh bagian bawah sebagai pusat gerakan.
Peningkatan kemampuan kondisi fisik yang dilakukan melalui pelatihan, seiring dengan teori belajar yang dikemukakan Thorndike, dalam Abdullah Arma dan Manaji (1994) mengatakan bahwa : ”pelatihan yang dilakukan berulang-ulang mengakibatkan berkembangnya keterampilan yang lebih baik”. Jika tujuan yang hendak dicapai adalah keberhasilan dalam membelajarkan dikjasor (jangka pendek) maka harus melalui proses pelatihan, dan pelatihan ini benar-benar efektif dan efisien.
Salah satu metode pelatihan yang efektif dalam peningkatan daya ledak otot tungkai bawah adalah pelatihan “Pliometrik”. Pelatihan pliometrik menurut Chu (1992) adalah pelatihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalm waktu yang sesingkat mungkin. Latihan pliometrik menunjukkan karakteristik kekuatan penuh dari kontraksi otot dengan respon yang sangat cepat, beban dinamis (dinamic loading) atau penguluran otot yang sangat rumit (Radcliffe dan Farentinos, 1985). Pelatihan pliometrik juga mempunyai pedoman yang harus diikuti agar pelatihan yang dimaksud dapat mencapai tujuan, pedoman pelatihan pliometrik sebagaimana dikemukakan Chu (1992), antara lain : durasi periode kerja, intensitas kerja, rasio antar kerja dan pulih asal, repetisi, irama.
Atas dasar pentingnya memiliki kemampuan daya ledak otot tungkai yang baik, maka pembebanan pelatihan yang sesuai untuk kemampuan tersebut yaitu dengan pelatihan pliometrik. Terdapat banyak pelatihan pliometrik yang dapat mengembangkan daya ledak otot tungkai antara lain dengan metode pelatihan pliometrik ropejump, zigzag drill dan jump box

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah pelatihan pliometrik ropejump, zigzag drill dan jumpbox sederhana dapat membentukan daya ledak otot tungkai untuk menunjang pembelajaran dikjasor di tingkat SMP ?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apakah pelatihan pliometrik ropejump, zigzag drill dan jumpbox sederhana untuk pembentukan daya ledak otot tungkai siswa SMP dapat digunakan sebagai penunjang pembelajaran dikjasor.
2. Mendapatkan data empirik tentang pengaruh pelatihan pliometrik ropejump, zigzag drill dan jumpbox sederhana untuk pembentukan daya ledak otot tungkai siswa SMP sebagai penunjang pembelajaran dikjasor.
3. Menyiapkan siswa pada jenjang SMP dalam membentuk kondisi fisik yang prima agar memiliki komponen kesegaran jasmani yang baik, selain pengalaman belajar.

D. Kegunaan Penelitian
1. Memberikan masukan kepada guru dalam pelaksanaan pembelajaran dikjasor disekolah agar memberikan dasar pelatihan pliometrik; yang akhirnya siswa lebih siap dalam menerima pembelajaran dikjasor dari yang mudah ke materi yang lebih komplek.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan proses pembelajaran pada materi selanjutnya; sehingga pada akhirnya
3. Dapat membina siswanya dalam rangka menyiapkan atlet yang siap dari segi fisik sesuai karakteristik siswa.

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah bagaimana pelatihan pliometrik ropejump, zigzagdrill dan jumpbox sederhana untuk pembentukan daya ledak otot tungkai menunjang pembelajaran dikjasor di tingkat SMP.

2. Keterbatasan Penelitian
Agar tidak terjadi salah penafsiran dan pengertian pada penelitian ini, maka perlu diberikan batasan-batasan masalah dalam penelitian yang berjudul Pelatihan pliometrik ropejump, zigzag drill dan jumpbox sederhana untuk pembentukan daya ledak otot tungkai siswa SMP sebagai penunjang pembelajaran dikjasor.
Melihat luasnya permasalahan yang berhubungan dengan penelitian di atas, maka perlu kiranya penulis memberikan batasan-batasan seperti di bawah ini :
a. Pelatihan
Pelatihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban pelatihan atau pekerjaannya (Harsono, 1988).
b. Pliometrik
Pliometrik adalah pelatihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin (Chu, 1992).
c. Daya ledak otot tungkai
Daya ledak otot tungkai adalah kekuatan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat singkat (Harsono, 1988)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEGIATAN SUPERVISI GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAGI SUPERVISOR PADA SEKOLAH MENENGAH


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita bahwa bangsa yang maju, modern, makmur, dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktik pendidikan yang bermutu. Sementara itu, pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera, dan bermartabat.
Tujuan utama diterapkannya program sertifikasi guru, termasuk terhadap guru pendidikan jasmani, adalah meningkatkan kualitas guru sehingga kualitas pendidikan semakin meningkat. Faktor guru diyakini memegang peran yang sangat strategis dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru yang berkualitas berpengaruh besar terhadap efektivitas pembelajaran (Suherman, 2007; Rink,2002) dan pada gilirannya mempengaruhi prestasi anak didik (Siedentop & Tannehill, dalam Maksum ;2008)
Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga (dikjasor) yang merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diberikan di jenjang pendidikan sangat menarik dan sangat indah. Selain untuk mendidik, juga sekaligus mengasuh. Yang dibina ialah anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Tidak ada mata pelajaran lain yang tujuannya sedemikian majemuk, selengkap Dikjasor. Tujuan yang ingin dicapai bukan saja perkembangan aspek jasmani tetapi juga aspek spiritual, emosional, mental, intelektual, dan sosial.
Belum efektifnya pembelajaran Pendidikan Jasmani disekolah-sekolah merupakan masalah utama dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran (Mutohir dan Lutan, 1997).
Khusus mengenai guru, pada umumnya guru itu konservatif dan cenderung berpegang pada cara-cara lama yang telah dikuasainya dan menurut pengalamannya memberi hasil baik.  Ia tidak mudah melepaskan yang lama yang sudah terbukti kebaikannya, sebelum ia yakin bahwa yang baru itu ternyata lebih baik lagi (Nasution, 1995).
Hal tersebut diatas yang menyebabkan guru tidak mau mempelajari dan mengembangkan pengetahuan pembelajaran, sehingga terpaku pada cara lama yang biasa dilaksanakan.
Tujuan pembelajaran ditekankan pada penguasaan keterampilan yang mengarah pada pencapaian tujuan prestasi yang mengabaikan pengembangan seluruh potensi anak baik fisik, mental, intelektual maupun sosial (Mahendra, 1997).
Disamping itu anak sering dianggap sebagai “orang dewasa kecil” yang mampu melakukan kegiatan layaknya orang dewasa. Guru mengajarkan olahraga baku kepada anak yang notabene belum mampu melakukan aktifitas sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa. Jadi dapat diramalkan bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas pembelajaran tergolong rendah (Mutohir,2000).
Di era seperti sekarang (setelah diberlakukannya sertifikasi) Guru hendaknya dapat keluar dari cara berpikir dan bekerja dalam format konvensional. Guru dikjasor harus berdiri dan bersikap profesional. Dapat merencanakan langkah dan tindakan strategis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, guru harus dapat menjadi fasilitator profesional.
Fenomena guru (baca : guru dikjasor) menggunakan cara-cara membelajarkan yang kurang efektif tersebut merupakan refleksi dari masalah yang substansial yaitu kurang berfungsinya Supervisor (pengawas dan kepala sekolah) dalam memberikan bantuan cara membelajarkan yang efektif kepada guru, sistem informasi dan pembinaan guru (penataran dan pelatihan) yang belum efektif karena selama ini hanya bersifat penyampaian informasi saja, termasuk kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) khususnya Pendidikan Jasmani dan Olahraga yang kurang berjalan efektif.
Pelaksanaan supervisi yang diharapkan dapat memperbaiki perilaku belajar dan membelajarkan siswa oleh guru, nampaknya hanya sekedar formalitas dan rutinitas yang dilakukan selama ini. Kalaupun ada, hanya terbatas pada pemeriksaan kelengkapan secara administrasi secara umum. Bila diambil kesimpulan, guru hanya dituntut membuat perangkat mengajar tanpa adanya tindak lanjut bagaimana menerapkan rencana dan kendala pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru.
Sarana dan prasarana olahraga juga merupakan faktor penting dalam suksesnya pembelajaran dikjasor, minimnya sarana dan prasarana olahraga yang ada di sekolah-sekolah menuntut guru untuk lebih efektif dalam pembelajaran. Guru harus dapat melakukan kegiatan dengan sarana dan  prasarana olahraga yang ada, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dengan pendekatan modifikasi.
Kurangnya sarana yang ada bukan berarti pelaksanaan pembelajaran tidak dapat berjalan, ada banyak alat-alat sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan olahraga, seperti bola plastik, bola kasti, bola tenis dan lain-lain.
Suatu realita sehari-hari di dalam pembelajaran berlangsung, masih banyak guru belum memberdayakan seluruh potensinya dalam mengelola pembelajaran baik dalam menguasai materi maupun dalam menggunakan media pembelajaran. Dalam pembelajarannya, kebanyakan guru tidak menggunakan media atau alat bantu.
Hal ini tidak berarti bahwa, jika sarana dan prasarana penunjang yang ideal sama sekali tidak ada atau hanya tersedia sebagian saja lalu pembelajaran tidak dapat dilaksanakan. Untuk ini kreatifitas guru sangatlah diperlukan dengan mencoba berkreasi dan memodifikasi sumber-sumber yang ada serta mudah didapat di lingkungan sekolah itu.
Sudah menjadi rahasia umum apabila seorang guru Dikjasor agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik, disekolah “harus” tersedia fasilitas sarana dan prasarana yang bagus dan lengkap. Dengan dalih klasik, “bagaimana pembelajaran dapat berjalan baik, kalau alat yang tersedia tidak mencukupi dan kualitasnya tidak standar”. Seolah tidak ada pemecahan masalah dalam mengatasi proses pembelajaran.
Hal tersebut diatas tidak sesuai dengan tuntutan  dari UU RI No: 20/tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 2a: “Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis”.
KBK memudahkan guru dalam menyajikan pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal yaitu belajar mengetahui, belajar menjadi diri sendiri dan belajar hidup dalam kebersamaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, terungkap masalah–masalah faktual dilapangan yang muncul sebagai berikut :
1. Bagaimana peran supervisor (pengawas dan kepala sekolah) dalam melakukan fungsi supervisi yang
        dilakukan untuk memberi bantuan kepada guru ?
2. Instrument yang digunakan oleh supervisor dalam menentukan keberhasilan mengajar guru pendidikan
        jasmani dan olahraga sama dengan guru mata pelajaran lain (guru kelas).
3. Strategi dan tolok ukur apa yang digunakan oleh Guru dengan sarana prasarana yang terbatas, agar
        pembelajaran dapat berjalan efektif ?

C. Tujuan Pengembangan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memberikan alternatif instrumen supervisi sebagai alat bantu dalam mengobservasi perilaku belajar
        siswa dan membelajarkan siswa bagi guru.
2. Meningkatkan keterampilan guru dalam membelajarkan siswa, yang berkembang berkelanjutan,
        sehingga berdampak pada pengembangan perilaku siswa.
3. Pengembangan kreatifitas guru dalam mencari alternatif pemecahan masalah sarana prasarana sekolah.
4. Pengembangan wawasan guru dengan memperhatikan kepentingan siswa, sehingga siswa merasa senang mengikuti mata pelajaran dikjasor yang disajikan oleh guru.

D. Spesifikasi Produk
Oleh karena penelitian ini ingin mengungkap pelaksanaan supervisi yang telah dilakukan oleh supervisor, maka peneliti mencoba memberi alternatif pemecahan masalah dengan memberikan alternatif instrumen supervisi.
Hal ini dimaksudkan untuk melihat efektifitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru, agar tolok ukur yang digunakan oleh supervisor dalam kepengawasan dapat berjalan efektif.
Maka peneliti menggunakan Alat Bantu Observasi Perilaku Membelajarkan Siswa (ABOPMS) dan Alat Bantu Observasi Perilaku Belajar Siswa (ABOPBS) yang secara spesifik akan dijelaskan berikut ini :
Nama Instrumen :
1. Alat Bantu Observasi Perilaku Membelajarkan Siswa (ABOPMS)
Penggunaan :
ABOPMS digunakan untuk merekam perilaku guru/ Peneliti. Selama guru membelajarkan siswa, pengamat merekan dua jenis masukan/ umpan balik sebagai tanggapan guru terhadap perilaku siswa pada saat mengikuti pelajaran Pendidikan jasmani, yaitu: 1) umpan balik keterampilan gerak siswa, dan 2) umpan balik perilaku belajar siswa. Dengan kedua umpan balik tersebut, guru berinteraksi terhadap siswa dengan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal, yang mencerminkan berlangsungnya komunikasi dua arah.
Tanggapan guru terhadap proses belajar siswa terdiri dari dua macam umpan balik/ interaksi, yaitu: (1) umpan balik keterampilan gerak, dan (2) umpan balik perilaku belajar siswa. Umpan balik keterampilan gerak berkaitan dengan keterampilan gerak yang dipelajari siswa, sedangkan umpan balik perilaku siswa pada saat belajar gerak. Kedua umpan balik tersebut dibedakan dalam tiga pesan yang disampaikan oleh guru, yaitu: (1) umpan balik/ interaksi positif, (2) umpan balik/ interaksi korektif, dan(3) umpan balik/ interaksi negatif. Ketiga umpan balik/ interaksi tersebut dibedakan lagi menurut jenisnya, menjadi dua jenis umpan balik/ interaksi, yaitu: (1) umpan balik/ interaksi umum, dan (2) umpan balik/ interaksi khusus, misalnya:
Umpan balik/ interaksi terhadap keterampilan siswa:
(1) Positif umum verbal, misalnya: “Bagus, itu gerakan yang benar untuk memasuki finish”.
(2) Positif khusus verbal, misalnya: “Coba dilihat …ini merupakan contoh melakukan start jongkok yang benar”.
(3) Korektif khusus verbal, contoh: “Saat menumpu gunakan kaki yang kuat”.
(4) Negatif khusus verbal, contoh: “Gaya melompatmu seperti kodok bertelur”
Umpan balik/ interaksi terhadap Perilaku Belajar Siswa:
(1) Positif umum verbal, misalnya: “Terima Kasih”
(2) Korektif khusus verbal, misalnya: “Jangan duduki bola”
(3) Negatif khusus verbal, misalnya: “Di.., kamu kok seperti sopir bemo saja mau menang sendiri”
(4) Negatif umum verbal, misalnya: Guru memberi isyarat dengan mengacungkan jempol yang menghadap kebawah”


2. Alat Bantu Observasi Perilaku Belajar Siswa (ABOPBS).
Penggunaan :
ABOPBS digunakan untuk merekam perilaku belajar siswa. Selama proses pembelajaran, pengamat meliput dan merekam perilaku belajar siswa dengan menggunakan enam butir tolok ukur, yaitu:
1) Keterampilan guru memotivasi melalui interaksi, sehingga siswa berlatih dengan giat dan gembira, yang 
        diberi kode “G” (Giat).
2) Keterampilan guru menyampaikan informasi, meragakan pesan dan memberi contoh dalam waktu yang 
        singkat dan jelas, sehingga siswa dengan cepat tanggap dan segera melaksanakan tugas pelatihan 
        gerak, yang diberi kode “I” (Informasi).
3) Keterampilan guru mengelola peralihan pelajaran, sehingga alokasi waktu pelatihan gerak dimanfaatkan 
        secara optimal, yang diberi kode ”A” (Alih).
4) Keterampilan guru merencanakan dan menyiapkan pelatihan dengan memanfaatkan alokasi waktu 
        pelatihan gerak seoptimal mungkin, sehingga siswa tidak perlu menunggu dalam melaksanakan tugas 
        pelatihan gerak, yang diberi kode “T” (Tunggu).
5) Keterampilan guru mengelola penyajian pelajaran dengan memperhatikan relevansi dan manfaat 
        pelatihan gerak bagi siswa, ruang gerak yang tersedia, posisi guru dalam memantau siswa, keselamatan 
        siswa, dan kemudahan siswa dalam mengikuti pelatihan gerak, yang diberi kode “K” (Kelola).
6) Keterampilan guru memantau dan mengawasi proses pelatihan gerak, sehingga tidak memberi 
        kesempatan bagi siswa untuk membebaskan diri dari tugas pelatihan, yang diberi kode “B” (Bebas).

Untuk melihat proses kegiatan belajar siswa pengamat cukup memilih salah satu dari siswa yang sekiranya dapat mengungkap perilaku belajarnya. Untuk itu sebagai kunci perilaku kegiatan belajar yang diamati selama pembelajaran diberi kode sebagai berikut :

G

(Giat)
:
waktu yang digunakan untuk mengikuti kegiatan secara aktif baik dalam gerak atau tanggapan
I
(Informasi)
:
waktu yang digunakan untuk menerima Informasi, penjelasan, keterangan, demonstrasi, contoh yang diberikan oleh guru.
A
(Alih)
:
waktu yang digunakan untuk peralihan/ pergantian dari satu kegiatan pindah/ ganti ke kegiatan yang lain – dari pembelajaran kelas ke pembelajaran penjas, atau dari pembelajaran dribel beralih ke shooting, dll.
T
(Tunggu)
:
waktu yang digunakan untuk menunggu kegiatan berikutnya – menunggu giliran melempar, menunggu giliran roll depan, dll.
K
(Kelola)
:
waktu yang digunakan guru/ siswa dalam mempersiapkan alat, perkakas, mencatat kehadiran siswa.
B
(Bebas)
:
keadaan siswa tidak mengikuti kegiatan belajar dengan tanpa sebab alasan yang jelas.

Dari data yang terkumpul dapat dianalisis jenis kegiatan belajar dan waktu yang digunakan. Yang kemudian dibuat persentasi dari masing-masing kegiatan.


E. Pentingnya Pengembangan
Agar pelaksanaan pembelajaran dikjasor yang dilakukan dapat berjalan efektif, maka perlu instrumen yang digunakan oleh suprvisor dalam kegiatan supervisi. Dikjasor merupakan mata pelajaran yang unik karena tidak seperti mata pelajaran lain, tetapi perkembangan aspek jasmani, aspek spiritual, emosional, mental, intelektual, dan sosial siswa.
Pelaksanaan supervisi selama ini dilakukan seperti mata pelajaran lain secara umum, kurang menyentuh dari dikjasor itu sendiri. Terlebih lagi, selama ini pelaksana supervisi kurang memahami konsep dikjasor.

F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Penelitian ini tidak menyoal sertifikasi, tetapi berusaha mengungkap kompetensi riil guru dikjasor di sekolah pasca sertifikasi. Termasuk penerapan keilmuan setelah mengikuti penyegaran dalam Pendidikan dan Latihan Profesional Guru (PLPG). Yang didalamnya termasuk bagaimana mengelola sarana prasarana yang terbatas di sekolah, juga pelaksanaan supervisi dalam pembelajaran.
Alat Bantu Observasi Perilaku Belajar dan Membelajarkan Siswa dalam Kegiatan Supervisi Guru ini tidak menghilangkan instrumen yang ada, tetapi sebagai alternatif sebagai tolok ukur keberhasilan guru dikjasor.
Mengingat berbagai keterbatasan yang dihadapi dalam rangka penyusunan tesis, Peneliti membatasi dan memusatkan penelitian pada memberikan alternatif instrumen supervisi guru dikjasor dalam perilaku belajar dan membelajarkan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

G. Definisi Istilah
1. Guru
Guru yang dimaksud dalam hal ini adalah Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan pada jenjang pendidikan dasar.

2. Supervisor
Yang dimaksud dengan supervisor adalah petugas supervisi di sekolah, biasanya terdiri dari :
a. Kepala Sekolah
b. Para pengawas dari Kantor Dinas Pendidikan.
c. Para koordinator bidang studi atau para guru bidang studi yang sudah senior, dalam arti penguasaan ilmu dan metode mengajar. (Pidarta M, 1995:52)

3. Pendidikan jasmani
Pendidikan Jasmani adalah bagian yang terpadu dengan proses pendidikan seutuhnya, yang mempunyai tujuan dan sasaran untuk mengembangkan kinerja manusia melalui medium gerak/aktivitas jasmani yang dipilih dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan.

H. Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Pentingnya Penelitian
E. Spesifikasi Produk
F. Definisi Istilah
G. Sistematika Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pendidikan Jasmani dan Olahraga
B. Tujuan Pendidikan Jasmani
C. Pembelajaran Humanis
D. Strategi Membelajarkan Siswa
E. Evaluasi

BAB III METODE PENGEMBANGAN
A. Model Pengembangan
B. Prosedur Pengembangan
C. Uji Coba Produk
        1. Desain Uji Coba
        2. Subyek Uji Coba
        3. Jenis Data
        4. Instrumen Pengumpulan Data
        5. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN
A. Penyajian Data Uji Coba
B. Analisis Data
C. Revisi Produk

BAB V KAJIAN DAN SASARAN
A. Kajian Produk yang Telah Direvisi
B. Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut

Bagian Akhir
Daftar Rujukan
Pernyataan Keaslian Tulisan
Lampiran-lampiran
Riwayat Hidup

Jumat, 29 Maret 2013

DELL Studio XPS 16


Nama XPS di jajaran produk DELL menunjuk produk multimedia kelas tinggi yang ramping. Model ini adalah model layar 16:9 DELL pertama yang dibawa ke Indonesia. Chassisnya Magnesium Alloy dengan gabungan finishing kulit dan Aluminium.

Bila tadinya ada DELL XPS M1330 yang tipis dengan layar 13.3 inci diikuti DELL Studio 15 berlayar besar multimedia, maka DELL kini mengeluarkan DELL Studio XPS dengan desain yang paling ekslusif dari sisi kemampuan multimedia dan spesifikasi lainnya.

Desainer DELL kelihatannya mempunyai tujuan praktis untuk mempermudah pengguna membawa notebook dengan memberikan lapisan kulit dibagian bawah tutup layar. Tambah.info melihatnya sebagai suatu hal yang menyeimbangkan unsur metal dan unsur natural dan menjadikan kesan yang halus dan menyenangkan pada notebook ini.

Dalam keadaan gelap kita akan terbantu dalam kita mengetik karena DELL Studio XPS 16 dilengkapi dengan fitur backlit keyboard. Bila sebelumnya hanya Apple Macbook Pro dan DELL Latitude E Seriesyang mempunyai fasilitas itu, maka sekarang ada model ini yang bisa anda miliki.

Seri ini juga adalah model pertama yang dibawa DELL ke Indonesia dengan format layar 16:9. Format ini akan menyenangkan untuk menonton film format layar lebar dari DVD. Bila kita mengunjungi website DELL, maka ada informasi bahwa sebenarnya ada layar RGB LED resolusi 1920 x 1080 Full HD sebagai opsi Studio XPS 16, namun kelihatannya fitur ini tidak dipasangkan ke model yang sekarang dijual di Indonesia.

Model HD3670 ini adalah model menengah dari graphics ATI ( lihat pandu beli notebook ATI dan NVIDIA). Game game moderen 3D mestinya bisa berjalan dengan baik.

Jarang sekali notebook di Indonesia dilengkapi dengan hard disk putaran tinggi 7200 rpm, jadi DELL Studio XPS ini adalah suatu perkecualian. Nilai lebih dari hard disk ini adalah jalan aplikasi yang lebih cepat secara keseluruhan walaupun biasanya hard disk tipe ini lebih panas dibandingkan dengan hard disk 5400 rpm.
Dell Studio XPS 16
Kulit pada bagian bawah tutupnya
VGA, Antene TV (opsional), LAN, Displayport, HDMI, 2xUSB, Mic, 2xAudio Out
Keyboard dan touchpad menyala dalam gelap
Spesifikasi Laptop Dell Studio XPS 1640 :
- Dell Studio XPS 1640
- HDMI, eSATA, Dolby, HDD 7200 rpm
- Layar 16:9 White LED Backlight
- 16 inch 1366 x 768
- White LED Backlight
- Dimensi 384.9 x 254.6 x 24.1-33.95 mm
- Berat 2.91 kg
- Batery 6 cell.
- Intel Core 2 Duo P8600 2.4 GHz
- ATI Mobility Radeon HD 3670 2GB
- Hardisk 320 GB 7200 rpm
- 3 GB / 4 GB Of RAM
- Intel PM 45
- Intel WiFi Link 5100AGN
- Camra 2.0 Mega Pixel
- Port USB 3 slot
- eSATA/USB Combo

Untuk spesifikasi di atas, harga baru laptop DELL Studio XPS 16 dibandrol dengan harga US$ 1.499, oke spec-nya memang tinggi dan fitur-fitur yang ditanamkan adalah fitur multimedia jadi tidak aneh jika DELL Studio XPS 16  di bandrol dengan harga yang tinggi.

Ketika saya beli beberapa waktu lalu (8 Maret 2011) sampai sekarang performanya masih baik, memang dari segi "praktis" memang jauh karena ukurannya yang besar dan berat (hampir 3kg) bila dipakai mobile. Yang jelas sampai sekarang DELL tetap TOP MARKOTOP........

Kamis, 28 Maret 2013

Wish Word......


Aduh.....! Aku selalu "memperturutkan hatiku" dalam perbuatan-perbuatan yang memalukan (mungkin).... :'(
Ah......! Apapun yang telah terjadi tak dapat dihapuskan dan waktu bila telah berlalu tidak dapat ditarik kembali. 
tetapi...... semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya. – gwaan isrhayl

Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda.

Watak keras belum tentu bisa tegas, tetapi lemah lembut tak jarang bisa tegas.

Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda. - Dale Carnegie

Istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena pada dasarnya kita semuanya memiliki waktu 24 jam yang sama setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan ialah membagi waktu dengan lebih cermat. - George Downing

Dalam masalah hati nurani, pikiran pertamalah yang terbaik. Dalam masalah kebijaksanaan, pemikiran terakhirlah yang paling baik. - Robert Hall

Kaca, porselen dan nama baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak. - Benjamin Franklin

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. - Confusius

Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku. ~ Khalifah 'Umar

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. ~ Einstein

Aku menentang Tuhanku, melanggar perintah-perintah-Nya terang-terangan, sementara Ia mengawasiku setiap saat.

Jika Anda membuat seseorang bahagia hari ini, Anda juga membuat dia berbahagia dua puluh tahun lagi, saat ia mengenang peristiwa itu (Sydney Smith)

Kegagalan dapat dibagi menjadi dua sebab. Yakni orang yang berpikir tapi tidak pernah bertindak dan orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir (W.A. Nance)

Kebahagiaan akan tumbuh berkembang manakala Anda membantu orang lain. Namun bilamana Anda tidak mencoba membantu sesama, kebahagiaan akan layu dan mengering. Kebahagiaan bagaikan sebuah tanaman, harus disirami tiap hari dengan sikap dan tindakan memberi (J. Donald Walters)